Alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) itu lantas mendorong dirinya sendiri untuk menggapai mimpi tersebut. Ia mulai dengan mencoba untuk menggali dan mengenali lebih dalam tentang dirinya sendiri.
“Ketika kamu bercita-cita akan sesuatu, you’ll try to connect it to your speciality. Apa spesifik keilmuanmu. Nah, spesifikasi saya ada di bidang bioteknologi,” ujarnya.
Berangkat dari kesadaran itu, Syahnada memutuskan untuk mendalami bidang bioteknologi dengan lebih serius. University of Copenhagen adalah tempat yang ia pilih, sebuah kampus di Denmark yang akan menjadi jalan bagi Syahnada untuk meraih cita-citanya menjadi seorang pemilik startup.
Untuk informasi mengenai beasiswa kuliah di Denmark, klik di sini.
Syahnada punya mimpi yang besar.
Ia ingin membuat sebuah produk yang bermanfaat bagi orang banyak. Oleh karena keahliannya ada di bidang bioteknologi, bidang itu pula yang akhirnya ia putuskan untuk dikembangkan.
Denmark merupakan negara tujuannya.
Pria berkacamata ini memulai jenjang pendidikannya di Denmark pada 2015 silam. Tiga tahun setelah dirinya menyelesaikan studi S2 di Dankook University, Korea Selatan.
Syahnada terinspirasi oleh cerita dibalik sebuah perusahaan bioteknologi di Denmark, yakni Novo Nordisk. Perusahaan itu merupakan perusahaan pencipta insulin pertama di dunia. Dan dibalik kesuksesannya, terselip cerita motivasional yang sedikit banyak memengaruhi keputusan Syahnada untuk melanjutkan studi ke Denmark.
“Perusahaan ini didirikan oleh seorang suami yang ingin menyembuhkan istrinya,” kata Syahnada. Ia melanjutkan, “Dia jauh-jauh kuliah ke California, USA, untuk mengobati penyakit diabetes yang diderita oleh sang istri. Saat itu penemuan pertama genome editing ada di sana,” tandasnya.
Dan dari situlah sang suami belajar pengembangan teknologi yang kemudian berlanjut pada pendirian dua perusahaan bioteknologi penghasil insulin terbesar di dunia, dimana salah satunya berada di Denmark. “Itulah mengapa tujuan saya mengerucut ke Denmark,” tegasnya.
Universitas Populer di Denmark: University of Copenhagen
Tak hanya Novo Nordisk saja yang melatari keputusan Syahnada memilih Denmark sebagai negara tujuan. Selain perusahaan bioteknologi pencipta insulin itu, menurutnya di Denmark kaya akan penemuan-penemuan lain yang berbasis teknologi.
Salah satunya merupakan sebuah startup yang membuat sebuah penemuan baru, sebuah teknologi yang memungkinkan seseorang mengendalikan layar menggunakan retina mata. Adapun orang-orang dibalik penemuan tersebut adalah sekelompok mahasiswa PhD dari University of Copenhagen.
Dari perspektif energi, Denmark juga merupakan salah satu negara yang memiliki ambisi untuk membebaskan negaranya dari emisi.
“Denmark adalah negara yang punya ambisi bahwa tahun 2050 mereka akan zero emission, karena mereka negara yang terdepan mengembangkan kincir angin turbin angin,” jelas Syahnada.
Masih dalam bidang energi, Denmark merupakan negara yang memiliki waste management system yang baik.
Negara ini berhasil membuat power plan yang mampu mendaur ulang sampah menjadi energi. Hal itu menjadikan Denmark sebagai negara pengimpor sampah. Negara ini mengimpor sampah, salah satunya dari Belgia, karena negara ini kekurangan sampah.
“Senior saya disini juga terlibat dalam pengembangan startup di bidang mikrobiologi yang saat ini bahkan mampu menyekolahkan orang-orang Danish, junior saya juga membuat software yang mampu menunjukkan lokasi-lokasi makanan lokal yang halal di sini,” ungkapnya. “Dan, kalau berbicara Denmark, tentu arsitekturnya dahsyat,” lanjut Syahnada.
Dan tahun 2019, katanya, merupakan tahun-tahun penentuan baginya, karena di tahun tersebut adalah tahun terakhir bagimasa studinya.
Untuk daftar universitas di Denmark, klik di sini.
Setelah berada di Denmark, Syahnada mulai merasakan dan turut menikmati kehidupan dan kebudayaan di Denmark.
Hygge semacam prinsip yang menjunjung tinggi work and life balance. Jadi, orang-orang di Denmark percaya bahwa dalam kehidupan ini, bekerja dan berkumpul bersama keluarga perlu seimbang.
Aplikasi dari kultur ini juga tidak hanya berada di tatanan masyarakat saja, namun juga ke level negara. Negara ini sangat menjunjung tinggi kehidupan masyarakatnya, misal healthcare support. Syahnada sendiri mengalami sendiri bagaimana kualitas healthcare support dari Denmark waktu anak pertamanya lahir.
“Anak saya, lahir prematur tiga bulan lebih awal dengan berat 1,2 kg. Tapi, Alhamdulillah dengan the power of full healthcare support, kita bisa melewati masa-masa berat itu. Artinya, Denmark, overall, we can get the full package, regarding the life concern, itu 7,5 lah, dari standar pribadi saya tertinggi delapan,” jelasnya.
Di Denmark, orang-orang akan menghargai kita apapun agamanya.
Mereka juga tidak akan melakukan diskriminasi terhadap pemeluk agama lain. Dan bahkan, di Denmark, menemukan makanan halal cukup mudah. Menurut pengakuan Syahnada, bahkan saat dia menempuh pendidikan di Korea Selatan, ayam halal di sana berasal dari Denmark.
Syahnada juga mengakui bahwa Denmark merupakan negara yang sangat ramah terhadap imigran. Bahkan, saat pemerintah Denmark sempat mengeluarkan pelarangan bercadar, banyak masyarakat lokal yang ikut melakukan protes terhadap kebijakan tersebut.
“Ya tapi menurut saya pelarangan tersebut masih rasional,” katanya seraya menjelaskan, bahwa insiden itu tetap membuat ia menilai bahwa Denmark merupakan negara yang ramah bagi pemeluk agama apapun.
Syahdana sendiri menyatakan bahwa tinggal di Denmark sudah terasa seperti rumahnya sendiri. Kultur, orang-orang dan tentu lingkungan tempat tinggalnya, membuat ia merasa demikian. “Maka saya pribadi senang sekali sih, Alhamdulillah, karena kita diberi kesempatan untuk menjadi a part of the happiest country in the world,” tegas Syahnada.
Baca juga: Menikmati Hidup Hygge Style di Denmark
Lalu, bagaimana untuk peluang kuliah S1 di Denmark?
Akan tetapi, ia menggarisbawahi beberapa hal yang kemudian bakal menjadi tantangan tersendiri bagi mahasiswa Indonesia yang ingin kuliah S1 di Denmark.
Menurut Syahnada, hal paling penting bagi kamu yang ingin melanjutkan kuliah di Denmark adalah bahasa lokal. Sebab, untuk jenjang S1, kelas dan orang-orang di dalamnya merupakan lingkungan yang paling sering ditemui. Untuk bersosialisasi dengan teman-teman sekelas, dan mengikuti pelajaran, dibutuhkan interaksi menggunakan bahasa lokal.
“Dan yang kedua adalah karakter diri. Saya tidak merekomendasikan kalian untuk kuliah di luar negeri apabila belum memiliki karakter yang kuat. Jadi, dua hal itu yang menurut saya yang menjadi tantangan untuk menempuh studi S1 di Denmark, yakni bahasa lokal dan karakter,” jelasnya.
Berangkat dari pengalamannya menjalani kuliah di Denmark sejak 2015, Syahdana pun menyampaikan beberapa poin yang menjadi pesan, juga tips, bagi pelajar Indonesia yang ingin melanjutkan studi ke Denmark.
“You will never be able to decide or choose something that you really want, before you completely understand yourself”
Jadilah diri sendiri, kenalilah diri sendiri berikut apa-apa yang diinginkan, baru kita dapat memutuskan sesuatu. Sebab dengan begitu kita dapat membuat keputusan yang benar-benar tepat.
“Kamu tidak akan pernah melihat sebuah cerita indah atau bahagia tentang pencapaianmu di suatu titik di masa depan, sebelum kamu memulai sesuatu itu dengan perencanaan”
Rencanakan benar-benar sesuatu yang perlu dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan. Dan, titik awal seseorang bisa merencanakan sesuatu yang bagus adalah bagaimana dan sejauh mana dia bisa mengenal diri sendiri.
“You are the king of yourself”
Jangan menyerah pada keadaan. Karena keadaan adalah sesuatu yang mampu dikontrol. Jadi, kita sendiri yang berhak menentukan apakah sedang dalam kondisi mood yang baik atau buruk.
“Untuk menghilangkan energi negatif, maka perbanyak energi positif”
Maksudnya, lakukan banyak kegiatan positif yang dapat mengembangkan dirimu ke arah yang lebih baik. Karena bila kita sibuk menyalurkan energi positif, secara tidak sadar kita jarang menyalurkan energi itu ke arah negatif.
“Saya merupakan anak seorang petani dari wilayah terpencil yang tidak banyak orang tahu. Saya bukan the best example, tapi saya membuktikan bahwa saya dikelilingi orang-orang baik dengan energi positif yang bisa membawa saya sampai sejauh ini. Jadi, never give up dan tetap semangat,” tutup Syahnada.
Untuk informasi lengkap mengenai kuliah di Denmark, klik di sini.