Oleh Mia Angeline
Bermimpi Melanjutkan Studi ke Eropa? Jangan lewatkan EHEF Indonesia 2018, pameran pendidikan tinggi Eropa terbesar di Indonesia yang paling dinanti-nanti. Segera daftarkan dirimu sebagai peserta dalam perhelatan akbar EHEF Indonesia 2018 secara GRATIS di sini.
Kata orang, ketika kita benar-benar menginginkan sesuatu, semesta pasti akan membantu.
Hal itu pula yang terjadi pada Garin. Pada tahun 2013, Garin mendapat kesempatan untuk kuliah di Paris School of Business (PSB) di Jurusan Finance. Saat ini Garin bekerja di Mandiri Sekuritas.
Kalau kalian ketinggalan menonton live interview ehef.id dengan Garin, kalian bisa menontonnya di akun IG @ehef.id atau baca summary-nya di bawah ini.
Dari kecil saya sudah membayangkan kalau Menara Eiffel dan kota Paris itu bagus sekali, jadi keinginan untuk tinggal di Paris itu sudah sejak lama terpendam di benak saya. Nah, ternyata saya diberikan kemudahan untuk tinggal di sana, kebetulan keluarga saya ditugaskan di Prancis. Sejak tahu akan pindah ke Prancis, 6 bulan sebelum berangkat saya belajar Bahasa Prancis.
Kalau orang lain pada umumnya memilih universitas terlebih dahulu, saya kebalikannya. Waktu masih SMP dan SMA di Jakarta saya sudah suka jual beli online via Kaskus. Iseng-iseng berhadiah itu ternyata menumbuhkan minat saya untuk mengambil jurusan Finance.
Sebenarnya sama seperti di Indonesia, di Prancis juga ada universitas private / swasta dan public / negeri. Setelah mantap memilih jurusan Finance, saya lalu mencari universitas yang terkenal dengan Jurusan Finance-nya. Itulah yang membuat saya mantap untuk memilih Paris School of Business.
Saking mantapnya, saya hanya memilih untuk apply di satu universitas saja.
Untuk info lengkap mengenai kuliah di Paris School of Business, klik di sini.
Saat itu, saya sampai Paris di bulan Juni, dan semester baru dimulai di Bulan September. Jadi, selama 3 bulan, saya melakukan berbagai persiapan, termasuk belajar TOEFL IBT dan menulis motivation letter. Kenapa TOEFL, karena Jurusan yang saya mau di PSB termasuk kelas internasional, dimana bahasa pengantarnya menggunakan bahasa inggris.
Minimal score TOEFL IBT yang dibutuhkan oleh PSB adalah 80, yang terdiri dari komponen reading, speaking, listening, dan writing. Dari 3 bulan persiapan tersebut, 1 bulan saya sempatkan untuk mengambil kursus TOEFL IBT. Buat saya, yang paling susah dari TOEFL IBT adalah bagian reading-nya.
Dulu saya buat membuat jadwal per hari mau belajar apa, dan dikasih waktu belajar minimal 2 jam per hari. Hal ini saya lakukan terus menerus, sampai bisa menguasai keempat komponen TOEFL IBT itu.
Kemudian yang harus disiapkan selanjutnya adalah motivation letter. Isinya adalah perkenalan diri, kenapa memilih kampus yang dituju, added value dari kampusnya, dan end goal pribadi.
Kalau di PSB sendiri, gak ada proses interview, tapi dulu saya sempat diminta bertemu dengan Dekan, alasannya supaya beliau lebih kenal dekat dengan mahasiswanya.
Ya, jadi selama di Prancis saya 3 kali mendapatkan Merit Scholarship dari universitas langsung.
Pada saat masuk universitas, kami diberikan pilihan apakah mau mengambil beasiswa tersebut atau tidak. Kalau memang iya, maka saya harus menyusun motivation letter lagi, yang berisi kenapa saya layak untuk mendapatkan beasiswa tersebut.
Beasiswa ini sendiri ada setiap tahun, dan ada lokasi khusus untuk mahasiswa yang ingin mendaftar beasiswa tersebut. Merit Scholarship ini bertujuan untuk mendukung international student, dari segi kampus juga sangat berguna karena akan mendorong keberagaman / diversity.
Untuk info lengkap beasiswa kuliah di Prancis, klik di sini.
Karena PSB itu private school, jadi lingkungannya lebih beragam, malah bisa dibilang gak ada orang Prancis asli. Adanya yang campuran dan mahasiswa asing. Jadi kalau di lingkungan kampus bisa ngobrol pakai Bahasa Inggris. Tapi untuk daily life di luar kampus tetap harus memakai bahasa Prancis.
Sewaktu belajar bahasa Prancis, enam bulan pertama itu struggling banget. Vocabulary dan grammar-nya itu susah. Namun memang harus berani mempraktekkannya di percakapan sehari-hari. Saya sendiri, setelah 6 bulan baru cukup lancar berbahasa Prancis.
Yang terpenting jangan malu karena mereka senang setiap kali saya cerita mengenai Indonesia. Saya sendiri punya hobi main futsal, jadi setiap hari sabtu pasti main bola bareng. Nah, dari common interest ini saya bisa menjalin hubungan dan pertemanan. Sebaiknya memang ikut banyak kegiatan dan komunitas.
Proses pendidikan di Prancis untuk S1 agak beda dari Indonesia, di sana tidak dibutuhkan skripsi tapi lebih dibutuhkan magang. Magangnya sendiri dilakukan selama 6 bulan. Tetapi untuk S2 tetap ada thesis. Lama perkuliahan di Prancis untuk S1 sekitar tiga tahun, dan satu hingga 2 tahun untuk S2.
Yang berbeda lagi, biasanya mahasiswa di Prancis akan menyelesaikan dulu kuliah S1 dan S2 nya sekitar lima tahun baru bekerja. Gak seperti di Indonesia atau Amerika, mahasiswa kuliah S1 setelah lulus kerja dulu baru ambil S2 lagi.
Di PSB sendiri ada summer course yang bisa diambil untuk menambah mata kuliah yang mau diambil di tahun tersebut, jadi kita bisa lulus lebih cepat. Keuntungannya kalau mengambil summer course ini, kita bisa bertemu teman-teman baru dan menunjukkan eagerness ketika apply beasiswa di tahun berikutnya.
Di Prancis sendiri, masih bisa ambil S2 walaupun S1 berasal dari jurusan yang berbeda, tapi semuanya balik lagi ke universitas dan programnya masing-masing.
Untuk lulusan S1 di Indonesia masih bisa kuliah S2 di Prancis tapi tergantung dari penyetaraannya. Kalau dibutuhkan bisa ada tambahan 1 tahun masa penyetaraan untuk mahasiswa asing. Mahasiswa dari Indonesia kebanyakan memilih jurusan fashion, engineering, economy dan business ketika kuliah di Prancis.
Prancis sendiri untuk belajar sangat nyaman, perpustakaannya memiliki banyak pilihan buku dan buka sampai larut malam.
Untuk informasi lengkap mengenai beasiswa LPDP untuk kuliah di Prancis, klik di sini.
Dibanding di kota lain di Prancis, Paris tergolong cukup mahal karena merupakan kota besar dan banyak turis yang datang. Harga rata-rata untuk flat di Paris sekitar €700 - €800 per bulan, tapi kalau pintar mencari flat yang seharga €400 - €500 sebulan juga ada.
Kalau mau yang lebih affordable, bisa pilih universitas yang ada di bagian selatan Prancis, seperti di Toulouse, Lyon atau Marseilles. Atau bisa juga ke arah utara seperti Lille.
Untuk biaya makan tergantung orangnya, kalau kalian pintar mengatur keuangan kalian pasti bisa menyiasati biaya makan ini. Oya, di Paris makanan halal gampang ditemukan. Karena di Paris banyak orang dari Afrika Utara yang juga membutuhkan makanan halal, jadi untuk teman-teman yang muslim tidak perlu khawatir.
Nah, untuk menyiasati biaya hidup, mahasiswa bisa kerja part-time juga. Seringnya sih di restoran ketika akhir pekan. Mencari kerja part-time bisa lewat informasi dari kampus. Tapi untuk kerja part-time kalian perlu lulus bahasa Prancis minimum level B2, terutama kalau diberikan tugas melayani pelanggan.
Sewaktu kuliah saya menjadi Top 3 BBA Finance Student dan The Youngest BBA Graduate. Selain itu di luar kampus saya juga sempat menjadi ketua Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) di Paris. Semua itu bisa dicapai berkat motivasi yang kuat.
Saya belajar time management selama kuliah. Dulu satu semester itu biasanya berisi enam mata kuliah, dan tidak setiap hari saya ada jadwal kuliah. Di hari libur, saya biasanya pergi ke perpustakaan atau membuat janji untuk belajar bersama teman sekelas. Kalau weekend, saya menjalin relasi sambil bermain futsal.
Harus diingat yang dicari di Prancis bukan hanya ilmu tapi juga pengalamannya.
Cari informasi dulu sebelum apply, termasuk soal beasiswa. Selain Merit Scholarship, pemerintah Prancis juga menyediakan berbagai beasiswa, salah satunya BJF. Scholarship awardee akan dapat prioritas untuk dorm dan bisa mendapat pengurangan biaya tempat tinggal lho.