Oleh Irene Atalia
Pingin melanjutkan studi di Eropa? Jangan lewatkan EHEF Indonesia 2019, pameran pendidikan tinggi Eropa terbesar di Indonesia yang paling dinanti-nanti!
Surabaya 31 Oktober 2019
Jakarta 2 - 3 November 2019
Bandung 5 November 2019
Registrasikan dirimu di sini! Acara ini GRATIS!
Pada kesempatan spesial ini, EHEF ingin kamu mengenal perempuan yang cerdas, berprestasi dan berwawasan luas yaitu Nadia Karina Wijaya - Puteri Indonesia Bali 2019 yang juga lulus cum laude dariErasmus University Rotterdam, Belanda. Nadia berbagi dengan Alisha dari EHEF.ID tentang pengalamannya tinggal di Rotterdam, memilih universitas dan jurusan, sampai menjadi Puteri Indonesia Bali. Baca artikel ini untuk rangkuman wawancaranya.
Sebelum Nadia memenangkan Puteri Indonesia Bali tahun 2019, Nadia menempuh pendidikan perguruan tinggi di Erasmus University Rotterdam, Belanda untuk gelar S1 dan S2. Untuk gelar S1 (Bachelor), Nadia adalah sarjana kelulusan International Business Administration dan untuk S2, Nadia adalah sarjana Msc Business Information Management. Bukan hanya lulus dari universitas bergengsi, Nadia juga lulus dengan predikat cum laude dimana IPK Nadia adalah 3.6, untuk S1 & S2 nya.
Ternyata, Nadia datang ke acara EHEF di Jakarta sebelum menentukan Erasmus University sebagai tempat yang tepat bagi Nadia. Nadia sampai terbang ke Jakarta dari Bali untuk menghadiri event EHEF! Di acara EHEF, Nadia mendapatkan informasi tentang universitas-universitas di Eropa yang menawarkan program yang Ia minati sampai akhirnya memilih Erasmus University.
Ingin kuliah di Eropa tanpa biaya? Daftarkan dirimu ke beasiswa yang tersedia, daftar beasiswa bisa ditemukan di sini
Nadia mengaku tertarik untuk mengambil jurusan Business Information Management sejak Ia mengikuti pertukaran pelajar ke Dublin, Irlandia saat masih di jenjang S1. Mata kuliah yang Ia ambil saat itu berhubungan dengan Business Information, seperti Information Technology dan E-commerce. Dari situ, Nadia beranggapan bahwa teknologi akan sangat berperan penting dalam kehidupan banyak orang, terlebih lagi dalam bisnis. Jurusan ini termasuk jurusan baru dibuat yang di tawarkan di Erasmus University yang bertujuan untuk menciptakan profesional yang memahami displin teknologi dan bisnis agar dapat menjebatani kedua displin tersebut dari sisi management.
Saat di jenjang S2, Nadia mengingat bahwa salah satu mata kuliah yang Ia suka adalah Business Architecture and Consultancy. Dalam mata kuliah ini, mahasiswa diajarkan untuk menintegrasikan teknologi di dalam bisnis untuk meningkatkan efisiensi dengan terus memperbaiki prosesnya.
Cari jurusan yang bisa mengembangkan minat dan bakatmu di Erasmus University.
Guna mengemban studi, Nadia tinggal di Rotterdam selama 5 tahun. Pindah dari Bali ke Rotterdam tentu saja bukan perpindahan yang mudah, sehingga perlu sekitar 1 tahun untuknya beradaptasi dengan kehidupan di Belanda.
Salah satu hal yang Nadia harus biasakan adalah temperatur Rotterdam yang jauh lebih dingin dari Bali. Karena suhu udaranya yang dingin dan anginnya yang kencang, bepergian menggunakan sepeda menjadi tantangan tersendiri untuk Nadia yang biasanya menggunakan sepeda untuk berpegian seperti penduduk lokal disana.
Karakter kota Rotterdam berbeda dari kota metropolitan seperti Amsterdam. Nadia merasa Rotterdam lebih tenang karena merupakan kota yang condong ke kota industri. Tetapi, dimanapun kamu memilih untuk berkuliah di Belanda, Nadia merasa Belanda adalah negara yang sangat aman bagi siapapun untuk tinggal di sana, siapa pun orangnya. Tapi tentu, dimanapun kamu berada, harus tetap berjaga-jaga.
Selama di Belanda, Nadia juga tidak merasakan kesulitan berkomunikasi walau pun tidak lancar berbahasa Belanda. “Aku sudah coba belajar bahasa Belanda, but language is not my forte,” ujarnya sambil tertawa. “Tapi semua orang di sana berbahasa Inggris dan terbuka sekali terhadap turis. Bahkan kalau di tempat umum seperti supermarket dan kamu terlihat seperti bukan penduduk, mereka langsung otomatis berbahasa Inggris,” ujarnya.
Nadia mengaku bahwa Ia sangat terbantu oleh penduduk Rotterdam yang sifatnya ramah dan terbuka. Komunitas Indonesia di Rotterdam pun sangat solid dan membuatnya tidak homesick.
Untuk pengeluaran bulanannya, Nadia merasa salah satu pengeluaran yang paling besar adalah tempat tinggal. Pada waktu Nadia bersekolah, biaya tempat tinggal di Rotterdam masih jauh lebih murah dari pada di Amsterdam. Tetapi sekarang Ia mengakui biayanya sudah tidak jauh beda. Namun biaya ini masih lebih murah dibandingkan biaya tinggal di Paris, Berlin bahkan Amsterdam.
Setelah Nadia meraih gelar Master of Science, Nadia berpulang ke Indonesia dan berencana membangun karirnya. Nadia memulai karirnya di perusahaan international Ernst & Young sebagai konsultan. Tetapi, Kakak Nadia punya rencana lain untuknya dan menganjurkan Nadia untuk mendaftarkan diri ke ajang Puteri Indonesia. Mengambil tindakan sendiri, kakak Nadia secara diam-diam mendaftarkan Nadia ke ajang tersebut. Tak disangka, ternyata Nadia terpilih menjadi kontestan yang merepresentatifkan Bali ke ajang Puteri Indonesia 2019.
Dari seluruh pelatihan yang diberikan oleh Yayasan Puteri Indonesia, menurut Nadia, pelatihan public speaking adalah pembelajaran terbesar yang Ia dapatkan. Sebelumnya, Nadia mengaku adalah orang yang pemalu dan mudah tegang ketika berbicara di depan umum. Tetapi setelah masuk kontes Puteri Indonesia, Ia dilatih untuk tampil di depan panggung dan berbicara di depan ribuan orang. Menurut Nadia, untuk menjadi public speaker yang handal, kamu harus berlatih dengan berbicara di depan kaca dan kamu bisa berlatih dengan dua cara: Pertama, latihan berbicara di depan kaca berulang kali. Selanjutnya, tonton rekaman video saat kamu berbicara di depan umum supaya kamu bisa melihat hal-hal yang kamu bisa perbaiki secara ril.
Tentu Nadia mengingatkan bahwa harus rajin berlatih. “Practice makes perfect,” ujar Nadia. "Semakin banyak kamu berlatih berbicara di depan umum, semakin nyaman kamu melakukannya," lanjutnya.
Nadia juga berbagi salah satu kejadian yang tak terlupakan saat mengikuti Puteri Indonesia yang terjadi saat malam puncak acara Puteri Indonesia. Malam itu, saat Nadia berada diatas panggung untuk opening dance, Ia terjatuh terpeleset! Nadia cukup tanggap dan langsung berdiri secepatnya. Kejadian ini mungkin bisa membuat Nadia malu dan terpuruk tetapi Nadia justru memutarnya menjadi metafor pelajaran dalam hidup. “Ketika kita jatuh, gak perlu terlalu lama bersedih. Pick yourself up and get back up again. Semua orang pasti pernah mengalami jalan yang berbatu. Everyone makes mistakes, don’t take yourself too seriously.” Tegas Nadia. Menurut Nadia terpenting adalah menjadi lebih baik dari sebelumnya dalam proses kehidupan.
Kenal Nadia lebih dekat dengan mengikuti akun instagramnya
Tumbuh di Indonesia sebagai seorang perempuan, Nadia sempat merasa bahwa dunia teknologi adalah industri yang didominasi oleh laki-laki. Stereotip perempuan untuk mengambil jurusan seperti perawat dan kuliner berubah setelah tinggal di Belanda. Ia merasa kuliah di Belanda membuatnya mempunyai pemikiran yang terbuka dan memberikannya ambisi bahwa Ia bisa melakukan apa pun yang Ia inginkan karena Ia melihat sendiri bahwa telah banyak perempuan berhasil di berbagai bidang. "Banyak perempuan yang sukses di bidang yang notabene diperuntukan untuk laki-laki karena selama ini di dominasi oleh laki-laki," ujarnya.
Saat terjun langsung di industri teknologi Indonesia, Nadia merasakan juga bahwa perlahan angka partisipasi perempuan meningkat, sehingga Ia merasa representasi perempuan yang bekerja di dunia teknologi di Indonesia semakin membaik. Tetapi Nadia merasa kita harus memperlakukan masalah ini dengan lebih baik lagi. Semakin banyak perempuan yang punya kesempatan, semakin banyak pula orang yang mampu berhasil di suatu bidang.
Nadia merasa seharusnya baik perempuan dan laki-laki boleh memilih menjadi siapa pun yang mereka inginkan tanpa takut adanya stigma yang ada.
We can’t agree more.
Selain menjadi konsultan, dan aktif mengikuti kegiatan Puteri Indonesia, Nadia juga menjadi Duta Kemenpppa RI (Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia) sebagai advokat penyakit autoimun yang juga dideritanya.
Penyakit autoimun adalah kondisi misterius di mana sistem kekebalan tubuh "gagal" dan menyerang jaringannya sendiri. Menurut reset yang dilakukan Harvard University, penyakit dapat muncul stres. Kemungkinan penyakit ini semakin meningkat jika pengidap berusia cenderung muda. Nadia sendiri mengidap penyakit ini sejak 2 tahun lalu, karena aktivitas dan karirnya yang sangat padat, sehingga tidak memiliki cukup waktu untuk beristirahat.
Karena penyakit ini timbul karena kurangnya keseimbangan gaya hidup, Nadia selalu mengkampanyekan hidup sehat dan seimbang. Terlebih lagi karena penyakit ini belum memiliki pengobatannya, hal yang dapat ia lakukan sekarang adalah meminum obat yang diperlukan untuk mencoba melawan sakit tersebut, ditambah dengan pola hidup yang sehat. Di tengah kesibukan karir dan pendidikan, Nadia mengingatkan untuk selalu ingat untuk istirahat. Makan sehat dan olahraga memang penting, tetapi jangan lupakan bahwa stress di tengah kesibukan adalah faktor penting dalam pengembangan penyakit ini di dalam tubuh. Maka, kita harus bisa mengimbangi semua ini di tengah semua hal yang sedang kita perjuangkan. Terkadang, istirahat itu adalah kegiatan yang produktif.
Sebagai perempuan yang sudah mencapai banyak keberhasilan dan pengalaman, Nadia tetap berpesan agar perempuan Indonesia untuk terus membekali dirinya dengan pendidikan. Mendapatkan pendidikan setinggi-tingginya itu penting, tidak hanya karena gelarnya saja, tetapi karena proses mengenyam pendidikan akan memberikan banyak pelajaran hidup selain pendidikan formal, tetapi juga kehidupan sosial dan dirimu sendiri.
Nadia berpesan untuk selalu berkontribusi untuk komunitas, sekecil apa pun kontribusinya, pasti akan bermanfaat untuk orang-orang sekitar asal dengan rasa ikhlas. Ia juga berpesan untuk hidup seimbang, tanpa lupa menyampai-kan doa agar semua hal yang kita ingin capai di lancarkan olehNya.
Irene Atalia sedang mengejar gelar Humaniora di Universitas Indonesia, tepatnya di program studi Prancis. Ia tumbuh di Indonesia dengan rasa cinta pada negara-negara Eropa dan budayanya. Selagi belajar dan menambah pengetahuan tentang negara yang ia kagumi, ia juga berharap bisa membagikan pengetahuannya dengan orang-orang yang memiliki mimpi yang sama.