Photo by Bao Tran via Unsplash
Oleh Erzawansyah
Pingin melanjutkan studi di Eropa? Jangan lewatkan EHEF Indonesia 2019, pameran pendidikan tinggi Eropa terbesar di Indonesia yang paling dinanti-nanti!
Surabaya 31 Oktober 2019
Jakarta 2 - 3 November 2019
Bandung 5 November 2019
Registrasikan dirimu di sini! Acara ini GRATIS!
Motivation letter atau biasa disingkat Motlet ibarat dekorasi dalam sebuah restoran. Boleh jadi makananmu punya kualitas rasa yang tiada tara. Namun, apabila dari kejauhan saja restoranmu sudah tampak kumuh dan tidak estetis, lantas pelanggan mana yang tertarik berkunjung ke sana?
Setidaknya, dekorasi yang menarik akan mengundang perhatian orang lain untuk datang dan mencicipi hidangannya. Disitulah jalan masuk bagi orang lain untuk mengetahui seberapa baik kualitas rasa dari hidangan restoran tersebut.
Begitu pula dengan motivation letter.
Percuma apabila kamu memiliki segudang prestasi. Bila motivation lettermu tak dapat menarik perhatian pihak universitas, bisa jadi mereka tak akan pernah tahu apa prestasimu.
Analogi di atas seharusnya sudah memberikanmu gambaran tentang seberapa penting membuat motivation letter yang biasa diajukan sebagai syarat mendaftar perguruan tinggi di luar negeri. Untuk itu, apabila kamu serius melanjutkan studi ke luar negeri, ada baiknya kamu mengetahui tentang tips dan trik menulis motivation letter.
Ulasan berikut akan memberikan petunjuk, tips, trik, saran dan juga inspirasi untuk kamu yang membutuhkan bantuan dalam menulis motivation letter sebagai salah satu syarat mendaftar di perguruan tinggi luar negeri.
Untuk daftar lengkap universitas di Eropa, klik di sini.
Sebelum mulai menulis motivation letter, tentunya kamu memerlukan beberapa persiapan. Hal ini bertujuan agar saat mulai menulis nanti, kamu tidak mengalami kebingungan. Apa saja persiapan yang perlu dilakukan?
Bagaimana orang lain bisa mengenal kamu, apabila kamu saja tak dapat mengenali dirimu sendiri?
Mengenal diri sendiri merupakan hal wajib untuk kamu lakukan. Tanpa mengenali diri sendiri, kamu akan mengalami kesulitan saat menulis motivation letter. Oleh karena itu, mengenali lebih jauh tentang dirimu merupakan langkah pertama yang harus kamu lakukan.
Adapun yang dimaksud dengan mengenal diri sendiri adalah mencari tahu tentang apa saja kelebihan dan kekuranganmu, pengalamanmu, tujuan, cita-cita, alasan utama mengapa kamu mendaftar di perguruan tinggi tersebut, dan hal-hal lain yang akan kamu jadikan bahan dasar dalam menulis motivation letter.
Untuk mengenali diri sendiri, ada berbagai cara yang bisa kamu lakukan. Hal yang paling mudah adalah mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar dirimu, serta keinginanmu untuk menempuh studi di luar negeri. Kemudian, jawab sendiri pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Tidak ada salahnya juga mencoba bertanya kepada orang lain apa pendapat dia tentang kamu. Siapa tahu pendapat itu bisa jadi materi baru buat kamu menuliskan motivation letter nantinya.
Jangan menulis kalau kamu sedang diburu waktu! Alokasikan waktu khusus untuk menulis motivation letter.
Sebab, membuat motivation letter yang baik hanya dalam waktu semalam. Bila menginginkan hasil terbaik, butuh proses yang panjang. Kamu perlu mempersiapkan materi, kerangka, menyunting naskahmu atau bahkan meminta tanggapan dari orang-orang sekitar. Itulah mengapa perlu alokasi waktu khusus bila kamu mau menulis motivation letter.
Bila kamu sudah tahu apa yang akan ditulis tentang dirimu dalam motivation letter, jangan lupa gali juga informasi lebih jauh tentang perguruan tinggi tujuanmu. Hal tersebut akan memberi wawasan lebih buat kamu menyesuaikan hasil tulisan dengan kebutuhan perguruan tinggi tujuan.
Kebutuhan perguruan tinggi seperti apa?
Selain informasi pendaftaran, kamu juga bisa mencari tahu tentang karakteristik perguruan tinggi tujuanmu, sistem pendidikan di sana, budaya mahasiswa di negara tersebut, atau hal-hal lain yang sekiranya kamu jadikan materi saat menulis. Informasi-informasi ini dapat menunjukkan keseriusanmu untuk melanjutkan studi di universitas tersebut.
Setelah persiapan dirasa cukup, maka sebelum menulis, kamu bisa menyiapkan kerangka tulisan.
Kerangka tulisan berguna untuk menjaga alur dan struktur tulisan agar tidak menyimpang dari topik utama. Dengan membuat kerangka tulisan, setidaknya kamu bisa mengetahui apa yang perlu dan tidak perlu untuk dimasukkan ke dalam motivation letter yang akan dibuat.
Christine Lora Egaratri, penerima Beasiswa StuNed di [Erasmus University Rotterdam](http://ehef.id/university/34) memiliki saran yang bisa kamu jadikan bahan untuk membuat kerangka tulisan. Katanya, kamu dapat mengumpulkan data-data dengan menuliskan tentang apa yang kamu rasakan, alami, serta tuliskan pula visi yang kau miliki.
Mau tahu cerita lengkap Christine Lora Egaratri hingga bisa kuliah di Belanda? Klik di sini!
Seleksi ketiga hal tersebut, dan cari relevansi dari masing-masing poin. Susun data-data tersebut menjadi suatu kerangka yang beralur. Pilah dan pilih informasi yang sekiranya layak atau tidak layak dimasukkan ke dalam motivation letter-mu. Urutkan dari hal yang paling penting. Dengan begitu, apabila menurutmu ada informasi yang perlu dipangkas, kamu tinggal memilih informasi paling bawah untuk tak dimasukkan ke dalam motivation letter milikmu kelak.
Sebagaimana berlaku pada umumnya, terdapat tiga struktur utama dalam sebuah tulisan: pembuka, isi dan penutup. Begitu pula dengan motivation letter. Struktur pembuka, isi dan penutup juga diperlukan dalam menuliskannya.
Bayangkan, ada ratusan, atau bahkan ribuan motivation letter yang akan diterima oleh pihak universitas. Dari sekian banyak motivation letter tersebut, seberapa besar kemungkinan tim penyeleksi akan membaca satu per satu motivation letter dari para kandidat sampai habis? Apabila kalimat pembuka yang kamu tulis membosankan, bisa jadi pihak universitas tak tertarik membacanya sampai habis.
Untuk itulah, menulis pembuka tidak bisa dilakukan hanya dengan menyampaikan salam perkenalan, latar belakang pendidikan atau biodata dirimu saja. Buat kalimat pembuka semenarik dan sekreatif mungkin. Disinilah pentingnya mencari data diri dan perguruan tinggi sebanyak-banyaknya. Kamu jadi bisa lebih mudah mencari kira-kira mana yang cocok untuk kamu masukkan ke dalam kalimat pembuka.
Affan Giffari, penerima beasiswa StuNed di [Tilburg University](http://ehef.id/university/43), memberikan contoh tentang menulis paragraf pertama. Ia mengatakan, setelah menjelaskan latar belakang, kamu bisa mulai menulis kekurangan bidang yang dikejar di negara Indonesia. “Dalam kasus saya kan perkembangan bidang Law & Technology di Indonesia jauh ketinggalan. Oleh karena itu, saya menuliskan keinginan saya untuk memajukan bidang tersebut dengan belajar di Eropa,” jelas Affan.
Simak perjuangan Affan Giffari kuliah di Tilburg University dengan Beasiswa StuNed, di sini!
Bagian ini adalah bagian utama dalam motivation letter yang akan kamu tulis. Dalam bagian isi, kamu dapat menjelaskan lebih lanjut mengenai prestasi, pengalaman, motivasi, rencana, serta tujuanmu melanjutkan studi di perguruan tinggi bersangkutan.
Ada baiknya kamu tidak terlalu banyak mengulang hal-hal yang telah dicantumkan pada curriculum vitae. Terlalu banyak mengulang hal tersebut, justru akan membuat pembaca merasa jenuh dan bosan.
Merujuk pada scholarshipowl.com, ada tiga bagian penting yang perlu kamu masukkan ke dalam bagian isi:
1. Skill, serta pengalaman organisasi, kerja atau internship yang pernah kamu lakukan. Jelaskan pula dengan singkat proses dan hasil yang kamu dapat dari pengalaman tersebut. Dan, jangan lupa, uraikan pula apa keterkaitan antara pengalaman dengan studi yang akan kamu ambil saat ini.
2. Jelaskan tentang harapanmu saat menempuh studi di tempat yang kamu tuju itu. Selain itu, jelaskan pula manfaat bagi dirimu sendiri, maupun juga manfaat bagi lingkungan sosial, baik dalam lingkup kecil, hingga besar.
3. Uraikan secara singkat dan padat, mengenai rencanamu di masa yang akan datang. Entah itu melanjutkan studi ke jenjang berikutnya, bekerja di perusahaan-perusahaan tertentu, organisasi yang akan kamu dirikan, atau rencana-rencana lain yang berhubungan dengan studi yang akan kamu ambil.
Selain ketiga poin di atas, tips dari Shantya Shafa Paramitha, salah seorang mahasiswa Wageningen University dapat juga memperkaya bagian isi dari motivation lettermu. Shantya menyarankan agar kita dapat mengangkat isu-isu tertentu yang berkaitan dengan tujuan studi kita, untuk kemudian dilakukan riset mengenai isu tersebut yang hasilnya dapat dijelaskan pula dalam motivation letter. Dengan begitu, tim penyeleksi akan menilai kita aware terhadap isu global dan memiliki pengetahuan dalam bidang tersebut.
Ingin tahu cerita Shantya Shafa Paramitha yang memutuskan melanjutkan pendidikan di Belanda walaupun sudah mapan bekerja? Klik di sini!
Seperti halnya bagian pembuka, bagian penutup juga sama pentingnya. Pada bagian ini, kamu perlu memberikan closing statement. Jadikan kalimat penutup ini sebagai alat untuk meyakinkan pihak universitas bahwa kamu merupakan kandidat yang patut diperhitungkan.
Mulailah menulis. Manfaatkan data-data yang telah kamu miliki untuk memperkuat argumenmu saat menulis. Pergunakan kreatifitasmu untuk menyusun kata demi kata agar menjadi kalimat yang enak dibaca.
Namun, mengertilah batasan-batasannya. Jangan sampai kreatifitas itu malah membuat motivation letter milikmu tampak buruk di mata pihak universitas nantinya. Oleh karena itu, rajin-rajinlah membuka website atau blog dari perguruan tinggi bersangkutan.
Beberapa perguruan tinggi kerap memiliki artikel mengenai tips menulis motivation letter di website atau blognya.
Apabila ada, maka kamu dapat menulis sesuai panduan dan tips yang diberikan oleh perguruan tinggi melalui artikel tersebut. Hal ini akan sangat mempermudah kamu membuat motivation letter sesuai dengan keinginan perguruan tinggi bersangkutan.
Namun, kalau di website atau blog tersebut tidak terdapat tips dan panduan menulis motivation letter, maka kamu bisa menerapkan prinsip-prinsip berikut saat menulis:
Poin ini merupakan poin terpenting. Tulislah kelebihan, skill, prestasi dan pengalamanmu sejujur-jujurnya. Tidak perlu dilebih-lebihkan. Ingat, motivation letter memang ajang untuk menjual diri. Akan tetapi, jualah sesuatu yang nyata. Agar kamu juga tidak kewalahan bila ada pembeli bertanya tentang barang jualanmu.
Shantya yang berbagi pengalaman menulis motivation letter mengimbau agar kamu tidak mengada-ngada saat membuat motivation letter, meski kamu juga harus menonjolkan dirimu dalam motivation letter tersebut. Oleh karena itu, jelaskan semuanya dengan realistis dan makes sense.
To the point!
Jadikan setiap kalimat dan argumen yang kamu tulis langsung menuju pada intinya. Jangan sampai membuat pesan yang ingin kamu sampaikan kepada pihak universitas kabur lantaran alur yang bertele-tele. Apalagi, sampai membuat mereka bingung dengan pesan inti dari motivation letter yang kamu tulis.
Beberapa perguruan tinggi kerap menentukan banyak karakter/kata yang diizinkan. Namun, tidak semuanya begitu. Beberapa lainnya tidak menetapkan maksimal jumlah karakter/kata. Apabila memang tidak ada pembatasan semacam itu, kamu bisa menulis sepadat atau sesingkat mungkin.
Jangan sampai motivation letter milikmu nanti kamu tulis hingga lebih dari 1000 kata.
Hal tersebut tentu saja akan menjemukan dan tidak mengundang minat dari tim penyeleksi untuk membacanya.
Telitilah dengan bahasa yang digunakan. Baik saat kamu menulis dengan Bahasa Inggris, maupun Bahasa Asing lainnya. Typo dalam motivation letter, dapat membuat orang lain menilai kamu kurang teliti.
Selain itu, gunakan bahasa ejaan yang sesuai dengan bahasa yang digunakan. Grammar menjadi sangat penting pada tahap ini. Perhatikan dengan seksama pemilihan kata, serta struktur kalimat dari motivation letter-mu. Disarankan, tidak perlu menggunakan kalimat rumit. Lebih baik sederhana, sopan, namun pesan dapat tersampaikan.
Perhatikan pula alur tulisan.
Boleh jadi pesan yang kamu sampaikan melalui argumen-argumenmu sudah tepat sasaran. Namun, apabila alur tulisan masih kurang baik atau melompat-lompat, dapat mengurangi penilaian tentangmu di mata dewan juri. Buatlah motivation letter buatanmu mengalir dan enak dibaca.
Sebagaimana diungkapkan Affan Giffari yang berbagi tips saat diwawancari ehef.id beberapa waktu lalu. Peraih beasiswa STUNED bidang Law & Technology di Tilburg University itu mengatakan bahwa motivation letter yang baik adalah yang well-connected dari paragraf pertama, hingga paragraf terakhir
Untuk memahami kelima poin di atas, cobalah untuk menulis menggunakan perspektif pembaca. Posisikan dirimu berada di pihak universitas yang sedang menyeleksi kandidat mahasiswa di perguruan tinggi tempatmu bekerja. Dari situ, kamu bisa memberikan penilaian sendiri mengenaimotivation letter milikmu.
Baca juga: Perjuangan BJ Habibie Saat Kuliah di Jerman ini akan Menginspirasi Kalian
Prinsip-prinsip menulis motivation letter seperti di atas dapat membantumu secara teknis. Akan tetapi, untuk membuat aplikasimu itu dinilai baik, tentunya motivation letter yang akan kamu ajukan tak cukup hanya enak dibaca.
Lebih dari itu, kamu perlu membuat aplikasimu ke perguruan tinggi di luar negeri memiliki nilai lebih di mata universitas bukan?
Untuk itu, tips dan trik di bawah ini akan membantu kamu membuat motivation letter yang lebih bernilai.
Kamu mungkin memiliki banyak skill, pengalaman atau prestasi dari berbagai bidang. Akan tetapi, bukan berarti kamu bisa mencantumkan semuanya dalam motivation letter. Pilah pilih informasi yang menunjang dan berhubungan dengan tujuan studimu.
Misalnya, sebelum mendaftar di perguruan tinggi tertentu, kamu pernah bekerja selama dua tahun di bagian marketing communication. Maka, cari keterkaitan antara pengalaman dengan rencana, cita-cita atau tujuan studi S2-mu di perguruan tinggi tersebut.
Apabila kamu pikir pengalamanmu sama sekali tak ada kaitannya dengan jurusan yang diambil, maka jangan dimasukkan ke dalam motivation letter-mu.
Motivation letter memang tulisan tentang dirimu. Tapi, motivation letter juga tidak hanya mengenai dirimu. Ini tentang bagaimana pembaca menilaimu. Jangan sampai karena terlalu membesar-besarkan dirimu, kamu dinilai sombong. Atau, karena terlalu merendahkan diri, pihak universitas malah menilaimu kurang percaya diri.
Nah, untuk menghindari kesan tersebut, kamu harus mampu menjelaskan dirimu, skill, pengalaman, dan hal-hal lain tentangmu dengan penjelasan yang realistis, objektif dan masuk akal. Buktikan pula dengan berbagai aktivitas yang telah kamu lakukan. Bisa kamu buktikan dengan pengalaman-pengalaman yang sudah kamu lampirkan dalam CV.
Misal, kamu berkata bahwa kamu memiliki jiwa kepemimpinan yang baik. Maka, tentu saja kamu harus memiliki pengalaman memimpin organisasi yang kamu telah kamu tuliskan CV. Apabila kamu mengaku memiliki jiwa kepemimpinan, namun di CV tak ada satupun tertulis pengalamanmu memimpin sebuah organisasi, maka bisa jadi tim penyeleksi menilaimu “omong belaka”
Apabila kamu merasa IPK-mu masih kurang memadai, atau kamu belum memiliki pengalaman kerja, bahkan organisasi, maka siasatilah!
Kamu bisa menonjolkan kelebihanmu yang lain. Misal, personal value, kepribadian, karya-karya atau publikasi ilmiah, prestasi non-akademik, dan hal-hal lain yang sekiranya memiliki keterkaitan dengan studi S2-mu.
Selain menonjolkan kelebihan tersebut, kamu juga bisa menyiasati kekuranganmu dengan mempertajam dan memperkaya analisamu dalam menghubungkan kemampuan diri, rencana dan tujuanmu melanjutkan studi di perguruan tinggi bersangkutan.
Misalnya, dengan menambahkan hasil riset, data penunjang, dan kondisi-kondisi yang berkaitan dengan studimu di perguruan tinggi tersebut.
Ingat, meskipun harus baik dalam menyiasati kekurangan, kamu harus tetap ingat prinsip kejujuran. Motivation Letter memang ajang untuk menjual dirimu. Tapi, apabila kamu merasa belum ada yang dijual, maka akuilah bahwa ada hal-hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan dari dirimu.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai program beasiswa Erasmus+, klik di sini.
Selesai menulis, jangan terburu-buru mengirimkan aplikasimu!
Baca kembali!
Kalau perlu berulang kali!
Hal ini dapat meminimalisir kesalahan-kesalahan kecil yang ada di motivation letter milikmu.
Berikut ada beberapa cara untuk mengevaluasi tulisanmu agar lebih berkualitas.
Salah seorang editor senior di Tempo pernah memberi tips dalam menyunting naskah milik sendiri berdasarkan pengalamannya.
Ia berkata, setelah selesai menulis,tinggalkan tulisan tersebut dan kerjakan hal-hal yang tak berkaitan sama sekali dengan topik yang kamu angkat.
Setelah itu baca lagi tulisanmu, kemudian tambahkan data-data yang diperlukan. Saran tersebut tentunya juga bisa kamu terapkan dalam menulis motivation letter.
Apabila kamu memiliki waktu lebih luang maka akan jauh lebih baik. Kamu bisa meninggalkan tulisanmu sekitar 1-2 hari untuk menyegarkan kembali pikiranmu. Lakukan aktivitas sehari-hari seperti biasa, setelahnya baru baca lagi tulisan tersebut dan sunting apa-apa yang menurutmu perlu diperbaiki.
Jangan segan-segan untuk meminta pendapat dari orang lain mengenai tulisanmu. Apalagi, kalau orang itu memiliki pengalaman menulis motivation letter untuk aplikasi ke perguruan tinggi di luar negeri. Sebab, dengan masukan-masukan dari orang lain, tulisanmu bisa lebih menjanjikan.
Meskipun kamu memiliki kemampuan berbahasa asing yang baik, tidak menutup kemungkinan kamu mengalami kesalahan saat menulis. Dengan sering membuka kamus, wawasan berbahasamu akan meningkat dan kesalahan dalam menulis motivation letter dapat diminimalisir.
Akhir kata, setelah berbagai proses dilakukan dan kamu telah mendapatkan motivation letter terbaik yang kamu tulis dengan sepenuh hati, langkah berikutnya, tentunya mengirimkan aplikasi tersebut ke lembaga atau perguruan tinggi bersangkutan.
Pastikan berkas-berkas administrasi dalam pengajuan aplikasi sudah lengkap dan sesuai prosedur.
Lalu percayalah, bahwa hasil tak akan mengkhianati prosesnya!
Untuk informasi lengkap mengenai Kuliah di Eropa, klik di sini.