Oleh Kristantinova
Christine Lora Egaratri mengawali perjalanan studinya ke Belanda dengan modal tekad dan niat untuk bisa berkontribusi lebih terhadap pengembangan kualitas hidup dan lingkungan anak-anak di Indonesia. Niatnya untuk memperdalam pengetahuan di bidang pengembangan anak tersebut yang kemudian membawanya terbang ke Belanda untuk melanjutkan studi S2 di jurusan Social Policy for Development di Institute of Social Studies (ISS) of Erasmus University Rotterdam dari tahun 2016. Pada bulan Desember ini masa studinya telah selesai dan telah diwisuda pada 15 Desember kemarin.
Untuk daftar lengkap Beasiswa Kuliah ke Belanda, klik di sini
Ketertarikan dan Kontribusinya pada Dunia Anak-Anak
Kedua orang tua Lora yang berprofesi sebagai guru mengajarkan Lora untuk harus bisa memiliki peran di masyarakat. Dari didikan tersebut Lora belajar untuk bisa berkontribusi bagi orang lain dan masyarakat, baik melalui ilmu maupun barang. Lora kemudian menemukan caranya untuk bisa berkontribusi ketika ia duduk di bangku SMA. Pada masa SMA nya, Lora sering berkontribusi menjadi relawan untuk mengajar anak-anak di wilayah pelosok Jawa. Melalui kontribusinya tersebut Lora juga menyadari bahwa ia memiliki ketertarikan terhadap dunia anak.
Setelah lulus S1 Hubungan Internasional di Universitas Parahyangan, Bandung, Lora bekerja selama 6 tahun di NGOs untuk community development project yang mana salah satu fokusnya adalah pada anak-anak. Selama bekerja di NGOs tersebut Lora banyak bekerja di daerah-daerah terpencil di luar Jakarta seperti di Kalimantan dan NTT.
Setelah terjun langsung dan melihat bahwa orang-orang yang berkecimpung untuk pengembangan anak (kesehatan, pendidikan, perlindungan, dan partisipasi anak) di Indonesia masih minim, Lora memutuskan untuk memperdalam ilmunya di bidang anak. Ia menyadari bahwa pengetahuan untuk memahami betul kebutuhan dan kepentingan anak-anak yang harus diperhatikan masih kurang sehingga ia memutuskan untuk mempelajari hal tersebut lebih dalam dengan mengambil S2.
Keputusan S2 di Belanda
Lora memutuskan untuk memilih berkuliah di Eropa khususnya di Belanda karena program studi yang ia incar lebih unggul di Eropa dibandingkan di Amerika. Hal lain yang menjadi bahan pertimbangannya adalah karena sistem pendidikan di Eropa memiliki reputasi yang sangat baik. Selain itu, banyak negara atau kota di Eropa yang menerapkan lingkungan ramah anak sehingga dapat menjadi bahan referensi dan pembelajarannya. Ia berharap dengan melanjutkan studi S2 di bidang development studies di negara yang menunjang kehidupan dan lingkungan anak dengan baik, ia bisa membawa pengetahuan dan pengalamannya tersebut untuk diaplikasikan pada pengembangan kualitas hidup anak-anak di Indonesia.
Meraih Tiket ke Belanda dengan Beasiswa
Memiliki kedua orang tua yang sangat membuat Lora termotivasi untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Jalur beasiswalah yang dipilih Lora dalam mengenyam pendidikan yang leih tinggi. Hal ini telah ia buktikan ketika ia meraih beasiswa kepemimpinan pada saat mengemban pendidikan S1 di UNPAR. Hal yang sama juga ia buktikan ketika ia ingin melanjutkan studi S2. Karena Lora memutuskan untuk kuliah S2 di Belanda, mendaftarkan dirinya untuk beasiswa StuNed. Ia berhasil mendapatkan beasiswa tersebut padahal bidang studi yang ia pilih bukanlah fokus utama dari beasiswa StuNed.
Melangkahkan Kaki ke ISS
Institute of Social Studies (ISS) Erasmus University Rotterdam menjadi destinasi yang Lora pilih untuk studi S2-nya. ISS sendiri merupakan bagian dari Erasmus University Rotterdam dengan fokus development studies berlokasi di kota Den Haag. Selain memang karena studi yang ia pelajari merupakan hal yang menjadi ketertarikannya, hal lain yang membuatnya senang berkuliah di ISS adalah karena sistem pendidikannya yang tidak kaku. Selama proses belajar, pola komunikasi antara dosen dengan mahasiswa berjalan dua arah. Mahasiswa didorong untuk terlibat aktif dan berpikir kritis dalam diskusi-diskusi menyangkut isu pembangunan.
Hal menarik lain yang ia peroleh dari berkuliah di ISS adalah keberagaman murid-muridnya yang berasal dari berbagai negara seperti Afrika, Asia, Eropa, dan Amerika. Keberagaman tersebut yang menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Lora karena ia bisa mendapatkan banyak teman dari banyak negara yang berbeda latar belakang. Hal ini yang semakin membuatnya menjunjung tinggi setiap perbedaan di dalam keberagaman itu sendiri.
Detail Universitas yang serupa:
Tips Mendapatkan Beasiswa StuNed
Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendaftar beasiswa StuNed adalah nilai tes bahasa Inggris minimal 80 untuk TOEFL dan 6.0 untuk IELTS. Selain itu, syarat minimum untuk memperoleh LoA (Letter of Acceptance) dari ISS adalah nilai 6.5 pada IELTS. Menurut Lora, kunci mendapatkan nilai diatas ketentuan minimal ujian tersebut adalah disiplin dalam belajar. Penting untuk berkomitmen menyisihkan waktu setiap harinya sepulang kerja minimal satu jam untuk belajar dan mengetes diri sendiri dengan latihan soal.
Selain tes bahasa Inggris, hal lain yang harus diperhatikan adalah bagian study plan dan motivation letter. Karena tidak ada tahap wawancara untuk beasiswa StuNed, maka study plan dan motivation letter menjadi bagian yang krusial untuk pendaftar meyakinkan pihak penyelenggara beasiswa bahwa ia layak mendapatkan beasiswa StuNed. Buatlah rencana pascastudi yang realistis dan dapat terukur. Menulis dengan jujur dan apa adanya juga menjadi kunci utama dalam menulis motivation letter. Ceritakan secara apa adanya dan tunjukkan relevansi antara apa yang kamu rasakan, latar belakangmu, dan visimu ke depan.
Pesan Lora untuk kalian yang ingin melanjutkan studi ke Eropa, rasa percaya diri dan terus berusaha menjadi kunci untuk bisa sukses dalam studimu di luar negeri. Yakinlah bahwa kemampuan kalian lebih besar dari apa yang kalian pikirkan, asal terus berusaha. Melalui rasa percaya diri kamu bisa menorehkan prestasi akademik dan juga memiliki kehidupan sosial yang baik bersama teman-teman baru dari berbagai macam negara.
Seluruh foto adalah dokumentasi pribadi Christine Lora Egaratri
Klik di sini untuk detail lebih lanjut mengenai Kuliah S2 di Belanda.