Sumber foto: nasional.tempo.co
Oleh Nurchalimah
Ingin kuliah di Jerman? Ikuti Webinar "Study in Germany" dan dapatkan kesempatan untuk berbicara langsung dengan representatif dari 15 universitas dan institusi pendidikan Jerman! Untuk registrasi dan informasi lebih lanjut mengenai Webinar ini, klik di sini!
Kali ini kita akan kembali dengan kisah inspiratif dari salah satu orang hebat dari Indonesia yaitu B.J. Habibie. Beliau juga memiliki kisah hidup yang patut untuk diteladani. Salah satunya adalah kisah hidup beliau saat menyelesaikan kuliah di Jerman. Kalian penasaran dengan kisah beliau? Simak ulasannya berikut ini ya!
Menimba Ilmu Di Jerman Dengan Biaya Sendiri
B.J. Habibie muda merupakan salah satu anak muda Indonesia yang memiliki semangat juang tinggi dalam ilmu pendidikan. Melanjutkan pendidikan di Jerman bisa dibilang sebagai salah satu keputusan hidup yang menantang dalam hidup beliau.
Sebelum melanjutkan pendidikan di Jerman, sebenarnya B.J. Habibie sudah mengambil kuliah elektro di ITB selama 6 bulan. Namun setelahnya, beliau memutuskan untuk melanjutkan pendidikan S1 dan S2 nya di Jerman. Beliau bertekad menjadi orang yang berguna bagi bangsanya dan memiliki cita-cita untuk membuat pesawat terbang yang bisa membawa rakyat Indonesia ke titik-titik maritim luas di Indonesia. Tentunya beliau ingin mimpi ini diwujudkan dengan keringat rakyat bukannya biaya hasil ekspor sumber daya alam atau utang luar negeri. Berawal dari cita-cita mulia inilah beliau melanjutkan mimpinya di Jerman.
Dalam menempuh pendidikan di Jerman, beliau tidak mendapatkan beasiswa melainkan dengan biaya sendiri dari orang tuanya. Apakah jaman dulu belum ada beasiswa, atau beliau tidak mampu mendapatkannya? Faktanya, orang tua B.J. Habibie merasa bahwa pendidikan anaknya tidak boleh dibiayai oleh orang lain. Semua biaya ditanggung oleh kedua orang tuanya meskipun mereka bukan berasal dari kalangan berada. Ibu beliau memiliki usaha catering dan kos-kosan.
Untuk daftar lengkap Beasiswa Kuliah ke Jerman, klik di sini.
Jerih Payah B.J. Habibie Selama Kuliah Di Jerman
Demi meringankan beban orang tua dalam membiayai pendidikannya, B.J. Habibie memilih untuk tinggal jauh dari pusat kota dengan tempat tinggal yang memiliki fasilitas seadanya. Bahkan beliau juga rela untuk berjalan kaki dari tempat tinggal ke kampus hanya demi menghemat biaya transportasi. Selain itu, selama menempuh S1 dan S2 di Jerman, beliau sempat dua kali dikira telah meninggal di Jerman selama masa itu.
Namun jerih payah beliau akhirnya terbayar karena meskipun menjalani pendidikan dengan biaya yang terbatas, B.J. Habibie berhasil menyelesaikan pendidikan S1 hingga S3 dengan luar biasa baik.
Setelah lulus S2 akhirnya beliau bertekad untuk bekerja sebagai asisten professor hingga beliau mendapat kesempatan untuk melanjutkan S3 dengan beasiswa. Tepat saat usia 28 tahun, B.J. Habibie resmi memperoleh gelar Doktor bidang teknologi pesawat terbang di Jerman. Usia 28 tahun dengan gelar Doktor bisa dibilang usia yang sangat belia. Bahkan banyak yang tidak percaya beliau merupakan lulusan S3, mengingat wajah beliau yang baby face.
Universitas Populer di Jerman: RWTH Aachen University. Punya pertanyaan mengenai kuliah di universitas ini? Ingin bertanya langsung kepada perwakilannya? Ikuti Webinar Series - Study in Germany!
Pengalaman Berkesan Di Jerman
Selama hidup di Jerman, B.J. Habibie menjadi terbiasa untuk mengatasi segala permasalahan sendiri. Bahkan, beliau juga masih menerapkan nilai-nilai yang sudah diajarkan orang tuanya selama di Indonesia dulu saat menjalani kehidupan di Jerman.
Salah satu hal yang beliau sukai di Jerman adalah perpustakaannya. Menurut beliau, perpustakaan di Jerman buka lebih lama dan lebih bebas untuk dikunjungi. Hal ini membuat B.J. Habibie merasa memiliki kesempatan yang lebih besar dalam hal menambah wawasan dan pengetahuan selama di Jerman.
Baca juga: Kota-kota terpopuler untuk Kuliah di Jerman
Lebih dari itu, ada satu cerita lucu yang dialami beliau saat menempuh studi di Jerman. Kemampuan bahasa Jerman B.J. Habibie yang di atas rata-rata untuk orang asing membuat teman-teman beliau mempertanyakan keturunan dan juga asal usul beliau. Bahkan pada akhirnya beliau harus menjawab dengan candaan bahwa ayahnya kanibal pernah makan daging orang Jerman sehingga sejak saat itu beliau memiliki darah Jerman.
Komitmen dan tekad beliau untuk menjadi yang terbaik dan melebihi orang-orang di Jerman dalam hal pengetahuan berhasil membuat beliau diakui kemampuannya oleh dunia. Bahkan hingga saat ini beliau dikenal sebagai sosok yang jenius dan dikagumi oleh dunia khususnya para penduduk asli Jerman lho.
Untuk informasi lebih lanjut tentang Kuliah di Jerman, klik di sini.