Oleh Irene Atalia
Pingin melanjutkan studi di Eropa? Jangan lewatkan EHEF Indonesia 2019, pameran pendidikan tinggi Eropa terbesar di Indonesia yang paling dinanti-nanti!
Surabaya 31 Oktober 2019
Jakarta 2 - 3 November 2019
Bandung 5 November 2019
Registrasikan dirimu di sini! Acara ini GRATIS!
Dengan dunia yang dengan cepat berkembang dan beroperasi serba digital, semakin banyak orang terutama dari generasi muda yang berpikiran bahwa menuntut ilmu di universitas tidak sepenting zaman dulu.
Saat ini, dunia pendidikan, transportasi, dan hiburan dikuasai oleh penggunaan online dan orang-orang di baliknya. Sistem beroperasi baru ini menawarkan banyak pekerjaan yang tidak membutuhkan ijazah ataupun pendidikan, karena setiap orang dapat memiliki penghasilan yang baik dari karir yang diciptakan sendiri. Setiap orang dapat berhasil asal dapat memanfaatkan kesempatan dengan baik. Tidak mengherankan mengapa semakin banyak orang memutuskan untuk langsung berkarir dibanding belajar di universitas.
Kalau kita mendalami alasan di baliknya, sebenarnya pola pikir ini sangat masuk akal. Pada dasarnya, pendidikan di universitas dibutuhkan untuk mempersiapkan kita untuk dapat maju di dunia karir, sesuai bidang yang kita harapkan saat belajar di universitas.
Tetapi dalam kenyataannya, semakin banyak perusahaan besar yang tidak mencantumkan ijazah lulusan universitas sebagai syarat masuk sebagai karyawan tetap.
Ditambah, tidak ada lagi kepastian bahwa bidang yang kita dalami di universitas menjadi bidang yang kita lakukan dalam pekerjaan seumur hidup. Pola pikir ini sangat didukung oleh John Fallon, CEO dari salah satu perusahaan terbesar dunia yang berfokus pada pendidikan yaitu Pearson. Ia menyatakan bahwa umumnya kita melewati 5-6 jenis pekerjaan dalam hidup kita. Pergantian karir ini pasti mengharuskan lagi untuk belajar ulang dan mendalami bidang baru yang kita kerjakan ini.
Maka, kalau kita butuh lebih banyak waktu untuk belajar keahlian yang kita butuhkan di setiap karir baru, apakah kita perlu membuang 3-4 tahun untuk mempelajari dan mendalami satu bidang yang tidak pasti menjadi karir kita?
Pendapat EHEF: ya, tentu saja!
Justru dengan dunia yang berubah ini, sangat penting bagi kita untuk mempelajari dasar dari ilmu-ilmu yang menggerakkan dunia digital ini. Jika mendapatkan dasar ini, pasti lebih mudah bagi kita untuk bergeser ke karir lain tanpa kehilangan arah.
Di luar ilmu-ilmu yang memang diajarkan di universitas, mahasiswa juga diajarkan keahlian yang tidak dapat diajarkan dengan teori. Hal-hal ini justru sangat penting dimiliki lulusan universitas, apa pun pilihan karir mereka.
Mahasiswa dibiasakan memiliki keluwesan berpikir, bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah dengan ide-ide baru yang kreatif. Mahasiswa juga dilatih menjadi pemimpin dan memiliki kemampuan yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain untuk mencapai tujuan.
Sayang, saat ini tidak semua universitas memasarkan hal ini dengan baik kepada masyarakat, bahwa universitas tidak hanya penting karena ilmu dalam buku yang diajarkan dalam ruang kelas, tapi people skill yang dibuahkan pendidikan tersebut.
Tetapi universitas juga dipenuhi oleh dosen dan profesor yang selalu memperbaiki cara pengajaran mereka, dan melakukan penelitian tentang apa yang sekarang dibutuhkan oleh dunia. Universitas selalu berkembang untuk memadai kebutuhan dalam masyarakat, sehingga lulusannya dapat bermanfaat untuk membuat dunia tempat yang lebih baik.
EHEF juga menawarkan kamu pilihan universitas yang lebih luas lagi. Dengan belajar di negara lain yang jauh dari Indonesia, kamu juga akan belajar tentang budaya. Budaya yang sangat berbeda ini pasti melatih kamu untuk beradaptasi dan daat menyikapi perbedaaan dalam dunia pekerjaan dan juga kultur.
Ditambah, sampai sekarang lulusan universitas terbukti dapat menghasilkan pendapatan yang lebih banyak. Dari data yang diterbitkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat pada bulan Februari, pekerja dengan setidaknya gelar sarjana memperoleh lebih dari pendapatan standar, sementara orang-orang yang memiliki gelar master dan doktor memperoleh lebih dari tiga kali lipat pendapatan karyawan yang tidak memiliki ijazah universitas.
Maka menurut EHEF tidak ada salahnya memanfaatkan 4 tahun setelah SMA untuk pergi dulu ke universitas. Bekal yang didapatkan dengan pergi di universitas sangat banyak dan bervariasi, sehingga dapat mengenalkan kamu kepada dunia baru yang sangat menarik.
Kalau perguruan tinggi dianggap gagal dalam memberikan ilmu kepada mahasiswa sehingga menghambat dunia karir para lulusannya, mungkin itu menjadi kesalahan universitas yang kamu pilih, bukan salah pendidikan itu sendiri.
Hal ini menonjolkan lagi pentingnya menemukan universitas terbaik yang memadai kebutuhanmu menjadi yang terbaik di bidangmu, lengkap dengan people skill yang dibutuhkan dalam pekerjaan tersebut.
Irene Atalia sedang mengejar gelar Humaniora di Universitas Indonesia, tepatnya di program studi Prancis. Ia tumbuh di Indonesia dengan rasa cinta pada negara-negara Eropa dan budayanya. Selagi belajar dan menambah pengetahuan tentang negara yang ia kagumi, ia juga berharap bisa membagikan pengetahuannya dengan orang-orang yang memiliki mimpi yang sama.