Oleh: Claire Jasmine
“Jika belajar dan berjuang adalah ibadah, jadi berprestasi adalah dakwah” - Mushonnifun Faiz Sugihartanto
Pandai, pekerja keras, tidak mudah menyerah, dan memiliki sosok kepemimpinan adalah beberapa karakteristik yang biasanya dimiliki penerima beasiswa bergengsi nasional LPDP. Bagaimana tidak, LPDP memang bertujuan untuk mencetak pemimpin negeri ini di masa depan. Jadi tidak kaget kalau Faiz, tamu wawancara EHEF live interview di Instagram EHEF beberapa waktu lalu untuk memiliki semua kelebihan itu.
Di artikel ini, terangkum perbincangan antara Alisha dari tim EHEF dengan Faiz mengenai perjuangannya melamar berbagai program beasiswa yang kebanyakan di tolak sampai mendapatkan program beasiswa impannya. Siapa tahu kamu yang bisa mendapatkan LPDP karena tips dari Faiz!
Faiz memulai perjuangannya untuk melanjutkan studi ke Eropa sejak masih tinggal di kampung halamannya di Jawa Timur. Setelah tamat S1, agar sukses mendaftarkan diri ke universitas luar negeri dan program beasiswa, Faiz berniat untuk belajar Bahasa Inggris intensif di Kampung Inggris. Disana, Faiz mengasah kemampuan Bahasa Inggrisnya kurang lebih selama empat bulan. Semasa studinya di Kampung Inggris, Faiz fokus belajar.Dalam waktu kosongpun, saat akhir pekan misalnya, Faiz memilih untuk belajar dan mempersiapkan diri. Faiz ingat. “Jadi, kalau ada yang tanya, ‘Faiz apa pernah ke Simpang Lima yang kayak di Prancis itu?’ Saya belum pernah sampai sekarang.” Katanya sambil tertawa.
Setelah melalui proses belajarnya, Faiz memberanikan diri untuk mengambil tes IELTS, sistem tes Bahasa Inggris internasional yang digunakan untuk keperluan studi, kerja, dan imigrasi. Atas hasil jerih payahnya, nilai tes IELTS Faiz memuaskan dan memenuhi standar universitas dan kualifikasi program beasiswa. Selanjutnya, Faiz mulailah proses aplikasi pendaftaran program beasiswa. Faiz memilih program-program beasiswa yang khususnya memberikan beasiswa untuk jurusan yang Faiz tekuni yaitu teknik industri.
Mulai dari sinilah kegigihan Faiz diuji. Faiz mendaftarkan diri untuk mendapatkan beasiswa ke 13 institusi yang berbeda-beda dari banyak negara, seperti: Swedish Institute, Fulbright USA, Austrian Awards, sampai King Abdullah Scholarship. Semua institusi menolak application-nya dengan alasan yang berbeda-beda. Awalnya kegagalan demi kegagalan hampir membuat Faiz putus asa. Saat keadaannya yang pasrah, Faiz mendapatkan kejutan: Ia menjadi salah satu penerima beasiswa LPDP bersama dengan 4000 penerima lainnya dari seluruh Indonesia di tahun 2017.
Keberhasilan Faiz tentu tercapai karena kegigihanannya untuk mencoba kesempatan yang ada dan kerja kerasnya dalam melalui semua prosesnya. Walaupun awalnya banyak kegagalan yang Faiz harus jalani, tapi ia bangkit dan mencoba lagi. Memang kegagalan lebih sering memberikan pelajaran hidup dibanding kesuksesan. Hal ini terbukti dari pengalaman Faiz.
Belajar dari pengalaman Faiz, motivation letter adalah salah satu faktor penting dalam proses seleksi pendaftar beasiswa LPDP.
Berikut tips Faiz untuk membuat Motivation Letter:
Kesan Faiz selama tinggal di Swedia sebagai seorang Muslim sangat damai dan harmonis. Menurut pengakuan Faiz, Swedia menjunjung tinggi equality terhadap keyakinan beragama dan juga perbedaan suku dan ras.
Swedia adalah salah satu negara yang menerima imigran paling banyak di Eropa. Untuk menyambut imigran yang masuk ke Swedia, Pemerintah Swedia menyediakan lembaga pembina pengetahuan dasar Swedia dan pelatihan Bahasa Swedia untuk para imigran yang disebut Swedish For Imigrants (SFI).
Swedia adalah negara ke-empat pengguna Bahasa Inggris tebanyak di dunia selain bahasa aslinya sendiri. Oleh karena itu, berkomunikasi dengan orang asli Swedia tidak sulit karena merekapun berbahasa Inggris dalam sehari-hari. SFI-pun ada untuk opsi kepada para imigran untuk mempermudah membaur dengan masyarakat Swedia.
Bulan puasa tahun ini adalah pertama kalinya Faiz menjalani ibadah puasanya di luar negeri. Perbedaan jam puasa yang signifikan (18 - 19 jam, tergantung matahari terbit dan terbenam) membuat Alisha bertanya, “Persiapan apa yang Ka Faiz lakukan untuk menyambut bulan Ramadhan tahun ini?” Ternyata Faiz tidak melakukan persiapan spesial - Hanya minum air putih 2 liter sepanjang hari dan tidak banyak mengkonsumsi karbohidrat seperti nasi.
Jika ditanya apa hal yang paling berkesan untuk Faiz selama tinggal di Swedia, menurut Faiz kebudayaan akademis yang diterapkan di Swedia. Contohnya, hubungan antara pengajar dan muridnya tergolong kasual. Murid biasanya memanggil pengajar dengan nama depannya. Diskusi di kelas juga dibuat terbuka sehingga murid memiliki kebebasan untuk bertanya awal seberapa ‘bodoh’ kedengarannya. Swedia memfokuskan proses belajar seperti ini sebagai cornerstone dari proses pembelajaran - yang terpenting adalah mempuat ruang terbuka untuk murid agar dapat berpikir secara kritis.
Sistem absen masuk kelas di Swedia agak berbeda pada umumnya di Indonesia. Disana, sistem absen kelas tidak diterapkan. Jadi, murid tidak diharuskan datang ke kelas asalkan tugas yang diberikan dikumpulkan tepat waktu untuk dinilai dan hadir saat ujian. Dosen hanya mempertimbangkan kelulusan dari hasil nilai akhir ujian dan tugas.Sistem ini memberikan fleksibilitas kepada murid-murid yang mempunyai tanggung jawab di luar akademis mereka harus urus. Kebebasan gaya belajar membuat Swedia cocok untuk kamu yang tidak suka mengikuti tata belajar konvensional.
Ternyata Faiz sudah membentangkan tali merah antara apa yang ia sudah lakukan, sedang lakukan, dan akan lakukan kedepannya. Saat ditanya apa yang ia lakukan kelak setelah lulus sarjana dengan gelar Magister Logistics and Supply Chain dari Lund University, ia ingin melanjutkan kuliah S3 yang mudah-mudahan akan memberi jalan untuk menjadi dosen atau mempunyai social business. “Passion saya di bidang akademik, riset, penelitian dan sebagainya. Jadi sejauh ini plannya itu.” jelasnya.
Selain itu, Faiz juga ingin menerbitkan buku catatan perjuangannya mendapatkan beasiswa beserta pengalaman hidupnya disana. Selama ini Faiz menuliskan pengalamannya di blog pribadinya, tetapi ia juga punya ambisi untuk menjadikan kumpulan tulisannya menjadi sebuah buku. “Doakan saja” serunya.
Faiz akan diwajibkan kembali ke tanah air setelah studinya selesai, lalu apa kontribusi yang Faiz persiapkan untuk tanah air? Kata Faiz ingin mengembangkan sistem sustainable supply chain dan halal logistics. Menurut Faiz, “Hal (ini) yang sangat digaung-gaungkan di Eropa dan mungkin di Indonesia kurang peka (jadi) saya mau kembangkan di Indonesia”. Dalam penjelasannya lebih lanjut, ia juga menyinggung tentang sistem halal logistics yang menjamin kehalalan produksi atau pangan dalam proseslogistics lewat laut, sistem ini juga bersangkutan dengan sistem sustainable supply chain yang ia ingin kembangkan di perairan Indonesia.
Walau keadaan sulit atau tidak sesuai rencana, Faiz memegang teguh filsafat yang ia percayai: “Jika belajar dan berjuang adalah ibadah, jadi prestasi adalah dakwah.”
Manusia tidak cukup cerdas secara spititual. Selain hubungan dengan Tuhan harus bagus, hubungan dengan manusia juga tidak kalah pentingnya agar bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk orang-orang sekitarnya.
Baca blog pribadi Faiz untuk mengenal Faiz lebih dalam di sini. Untuk cari tahu tentang beasiswa LPDP dan beasiswa lainnya klik di sini.