Oleh: Mia Angeline
Beberapa waktu lalu Ehef telah mengadakan interview dengan perwakilan dari DAAD Indonesia. Pada interview kali ini, Olivia membahas cara-cara kuliah S1 di Jerman sebagai orang Indonesia. Kalau kalian ingin untuk kuliah di Jerman dan mau tahu caranya, baca rangkuman wawancara tim EHEF.id dengan DAAD ini.
Kalau kalian belum tahu, DAAD adalah singkatan dari Deutscher Akademischer Austauschdienst atau dinas pertukaran akademis Jerman. DAAD sendiri adalah perwakilan dari seluruh perguruan tinggi dan program studi yang ada di Jerman.
Jadi kalau kalian ingin mencari informasi mengenai suatu program studi atau beasiswa di Jerman, maka kalian bisa datang ke kantor perwakilan DAAD atau lihat dari website mereka di www.daad.id.
DAAD bukanlah NGO atau lembaga non-profit, melainkan lembaga mandiri yang mendapatkan dana dari beberapa kementerian di Indonesia.
Ada tiga sistem pembelajaran di Jerman yaitu S1, S2, dan S3. Perguruan tinggi sendiri ada dua macam, yaitu universitas reguler yang menyediakan pendidikan S1, S2, dan S3; Dan Fachhochschule (FH) atau yang dikenal dengan universitas terapan dan hanya menyediakan pendidikan S1 dan S2 saja. Di FH fokusnya untuk membantu mahasiswa dalam pekerjaan mereka untuk menjadi profesional, sehingga tidak menawarkan jenjang S3. Sebaliknya universitas regular lebih fokus pada teori dan metode penelitian. Tetapi jangan khawatir, lulusan S2 dari FH juga bisa kok meneruskan S3 ke universitas regular.
Di Jerman juga tidak mengenal sistem D3. Jadi kalian tidak bisa mengambil program ekstensi di sana. Sebaiknya untuk lulusan D3 mengambil ekstensi dulu di Indonesia baru lanjut kuliah di Jerman agar tidak mengulang dari awal.
Bagaimana proses dan persyaratan untuk S1 di Jerman? Untuk memasuki jenjang perguruan tinggi, pemerintah Jerman menerbitkan sertifikat Hochschulzugangsberechtigung atau HZB sebagai bukti bahwa siswa memenuhi kualifikasi untuk masuk perguruan tinggi di Jerman dan telah menyelesaikan pendidikan setingkat SMA yang diakui oleh pemerintah Jerman.
Sayangnya, nilai UN dan ijazah SMA di Indonesia belum termasuk HZB di Jerman. Jadi untuk memiliki HZB kalian harus lulus ujian kualifikasi masuk perguruan tinggi atau Feststellungsprüfung. Biasanya sebelum mengikuti ujian ini, para calon mahasiswa akan disiapkan dulu dengan belajar selama 2 semester di Studienkolleg. Studienkolleg adalah sekolah persiapan untuk orang asing agar bisa masuk ke universitas di Jerman. Tujuannya untuk memastikan kalau pelajar asing memiliki level pendidikan dan kemampuan bahasa Jerman yang cukup untuk belajar di level S1.
Seluruh universitas negeri di Jerman mewajibkan pelajar dari Indonesia mengikuti Studienkolleg terlebih dahulu. Namun ada beberapa universitas swasta di Jerman yang memiliki ujian saringan masuknya sendiri. Jadi, dengan nilai bahasa Jerman, nilai UN, ijazah SMA, dan lulus ujian saringan masuk, maka kalian bisa langsung S1 di universitas swasta tanpa mengikuti Studienkolleg.
Ada dua cara untuk mendaftar Studienkolleg: Cara pertama, mengikuti studienkolleg di Indonesia dan mengikuti test bahasa Jerman min B1. Untuk mendaftar studienkolleg di Indonesia, informasi lengkapnya bisa diakses di www.studienkolleg-indonesia.de.
Cara kedua, mengikuti studienkolleg di Jerman, min bahasa Jerman adalah B2 dari Goethe Institute. Sedangkan untuk studienkolleg di Jerman, kalian bisa mendaftar langsung ke universitas atau lembaga pendidikan yang menyediakan studienkolleg sendiri.
Nah, kalau kalian sudah mengikuti studienkolleg selama 2 semester, berarti kalian bisa daftar S1 di universitas yang kalian pilih. Persyaratan yang harus disiapkan yaitu ijazah SMA dan nilai UN yang sudah diterjemahkan dan dilegalisir, lulus ujian di studienkolleg, CV, dan surat motivasi.
Kedutaan besar Jerman di Indonesia sudah memiliki daftar penerjemah tersumpah yang dapat membantu kalian menerjemahkan ijazah dan nilai UN ke dalam bahasa Jerman. Kalian bisa lihat daftarnya di https://jakarta.diplo.de.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai studienkolleg, baca artikel ehef.id disini!
Biasanya universitas di Jerman tidak pakai sesi interview. Tapi bisa saja diadakan kalau nilai dari pelamar sangat kompetitif. Jadi tetap disiapkan ya.
Olivia menambahkan sebaiknya nilai minimum di SMA di atas 6 rata – ratanya. Memang di website universitas tidak pernah ditampilkan nilai minimalnya, namun kalau bisa di atas 7.5 lebih bagus.
Universitas di Jerman biasanya membuka pendaftaran dua kali dalam setahun, yaitu di musim panas dan di musim dingin. Untuk periode musim dingin, perkuliahan akan dimulai di bulan September – Oktober dan batas waktu pendaftaran adalah di 15 Juli. Sedangkan periode musim panas dimulai di Februari – Maret dan batas waktu pendaftaran di 15 Januari. Jadi siapkan berkas – berkas kalian sebelum tanggal – tanggal ini ya.
Mungkin kalian sudah mendengar kalau biaya pendidikan di Jerman itu gratis, Olivia meluruskan pendapat ini kalau bukan sepenuhnya gratis alias tetap ada fee yang harus dibayarkan. Untuk S1 memang saat ini masih bersifat tuition free, atau biaya perkuliahan masih ditanggung oleh negara bagian setempat. Namun tetap ada contribution fee yang harus dibayarkan per semester. Sedangkan untuk S2 dan S3 tetap dikenakan tuition fee.
Bagaimana dengan living cost atau biaya hidup? Ternyata pemerintah Jerman telah mengeluarkan peraturan kalau besarnya biaya hidup per tahun adalah €8.600 atau sekitar €720 per bulan. Biaya ini untuk menyewa tempat tinggal dan konsumsi saja, belum termasuk asuransi dan transportasi. Untuk biaya transportasi biasanya akan masuk ke contribution fee yang harus dibayarkan mahasiswa per semester, besarannya sekitar €200 - €300 per semester. Dengan membayar contribution fee mahasiswa akan mendapatkan semester ticket, atau tiket untuk moda – moda transportasi yang dapat digunakan mahasiswa selama satu semester. Sedangkan untuk biaya asuransi besarannya sekitar €80 - €100 untuk kalian yang berusia di bawah 30 tahun. Total besaran biaya kuliah, menurut Olivia, adalah €11,000 - €14,000 per tahun all in.
Olivia juga menambahkan mahasiswa di Jerman boleh kerja part time lho, tapi siswa studienkolleg belum diperbolehkan untuk part time. Dalam seminggu kalian bisa kerja sampingan maksimum selama 22 jam dan dalam sebulan penghasilan kalian tidak lebih dari €450. Kalau lebih dari jumlah tersebut maka kalian akan dikenakan pajak.
Di akhir interview, Ehef bertanya pesan – pesan apa saja yang harus diingat oleh calon mahasiswa sebelum ke Jerman. Pertama, Olivia menekankan kalau persiapan itu menjadi tahapan yang sangat penting bagi calon mahasiswa. Persiapan ini yang akan menentukan kalian berhasil atau tidak. Kalau sudah ada keinginan untuk kuliah di Jerman, maka kalian harus mulai mencari informasi yang lengkap, serta memperhatikan nilai raport dan UN.
Berikutnya, Olivia juga memberikan pesan bagi mahasiswa yang sedang kuliah di Jerman. Menurut data statistik sebanyak 60% mahasiswa putus di tengah jalan, jadi kalian harus memiliki time management dan support system yang baik. Cari teman dekat dan menjaga komunikasi dengan keluarga di rumah. Karena kalau kalian sedang ada masalah atau merasa kesepian, merekalah yang dapat membantu menyemangati kalian.
Wah, berguna sekali ya informasi dari Olivia. Jadi untuk kalian yang mau mengejar S1 di Jerman, yuk mulai persiapan dari sekarang. Kunjungi website DAAD dan Ehef untuk informasi lebih lanjut mengenai universitas dan program studi di Jerman.
Ikuti terus perkembangan informasi perguruan tinggi di Jerman hanya di ehef.id!